TEBAR BENUR: Pemilihan dan Kriteria Benur Berkualitas

 


    Benur merupakan singkatan dari kata benih urang atau benih udang, yang kualitasnya menjadi penentu keberhasilan budidaya di tambak. Pembudidaya pembesaran udang vaname harus memahami bagaimana kriteria benur yang baik dan berkualitas untuk dibesarkan di tambak. Benur yang berkualitas dan dibarengi dengan management budidaya pembesaran udang yang baik, sangat besar kemungkinan keberhasilan budidaya. Pemerikasaan benur berkualitas dapat berdasarkan pengamatan visual, uji stress, dan analisis parameter laboratotium.

1. Pengamatan Visual

    Benur yang baik untuk di tebar di kolam adalah stadia post larva (PL) 10 dengan panjang tubuh sekitar 8 mm. Selain itu benur juga mesti tampak seragam, semakin seragam benur, maka kualitasnya semakin baik. Benur yang seragam menunjukan kondisi terpenuhinya kebutuhan nutrisi benur dan menunjukkan tidak adanya gangguan penyakit selama di hatchery. 

    Benur yang berkualitas juga dapat diamati melalui aktivitasnya dengan cara menempatkan benur ke dalam baskom. Air didalam baskom yang berisi benur putar dengan jari tangan,  kemudian dilakukan pengamatan pergerakan benur di baskom. Benur yang baik akan berenang menyebar dan melawan arus air di baskom. Selain itu, ketika benur diberi sentuhan akan bereaksi dengan cepat menjentikan tubuhnya. Benur yang lemah akan terkumpul ditengah pusaran air dan terbawa arus air.

    Pengamatan kualitas benur dapat dilakukan dengan melihat warna, antenula, dan ekor kipas benur. Warna benur yang baik dapat kita amati dengan melihat langsung tubuh benur. Jenis warna transparan yang kita dapatkan ketika pengamatan, menunjukkan benur dalam kondisi baik. Sebaliknya, benur yang menunjukkan warna kemerahan berada dalam kondisi stress. Antenula benur normal selalu menunjukkan kondisi menutup, sebaliknya antenula yang terbuka menunjukkan benur dalam kondisi kurang baik. Benur yang baik juga dapat ditunjukkan dengan kondisi ekor kipas (uropoda) yang mengembang dan membuka sempurna. Kondisi ekor kipas yang mengambang akan membuat benur lebih aktid dan lincah mencari pakan di tambak.

    Sebelum kantong plastik benur yang akan di tebar di buka, kita dapat mengamati keberadaasn penyakit di benur vaname. Cara pengamaan tersebut yaitu dengan membawanya ke dalam tempat gelap, kemudian amati dengan seksama. Benur yang terinfeksi patogen berpendar (luminescent) akan tampak menyala kebiruan di tubuhnya. Warna kebruan yang ditemukan di air kantong benur, menunjukkan adanya aktivitas plankton dinoflagellata. 

2. Uji Setres Benur Vaname

    Daya tahan benur sangat penting untuk diamati, karena dapat memperkirakan kondisi benur di tambaka nantinya. Uji setress benur dapat menggunakan jenis pengujian daya tahan benur didalam lingkungan salinitas berbeda maupun uji formalin. Uji salinitas dilakukan dengan cara meletakkan 100 ekor benur ke dalam wadah berisi air bersalinitas berbeda. Salinitas yang menjadi patokan uji yaitu pada air kantong benur selama 30 menit, air air petak tambak selama 24 jam, air akuades yang dicampur NaCl hingga bersalinitas 0 ppt selama 30 menit dan 5 ppt selama 2 jam. Hitung jumlah benur yang bertahan hidup hingga selesai masing masing waktu pengamatan, karena angka kehidupan benur menunjukkan kualitas dan tingkat kesehatan benur. Selain itu, benur juga dapat diuji diair yang diberi formalin 100 ppm. angka kehidupan yang semakin tinggi menunjukkan benur semakin baik.

3. Analisi Laboratorium Kualitas Benur

    Uji lab yang digunakkan sebagai patokan kesehatan udang vanamae umumnya dari deteksi patogen berdasarkan molekuler, pengamatan  mikroskopik, dan jumlah bakteri. Uji molekuler untuk deteksi patogen biasanya berupa virus yang biasa menyerang udang vaname. Metode yang digunakan dalam uji molekuler ini menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil analisis uji molekuler harus menunjukkan negatif infeksi virus. Uji mikroskopik yang dilakukan di laboratorium dapat dilakukan dengan mengamati keberadaan patogen (bakteri filamen, ektoparasit, dan endoparasit),  perbandingan gut-Muscle ratio (GMR), dan perkembangan otot. Jika pada benur ditemukan bakteri filamen seperti Leucotrix mucor sebaiknya tidak ditebar kedalam petak tambak. Hal ini pun berlaku jika ditemukan ekoparasit (golongan Zoothamnium dan golongan protozoalainnya), serta endoparasit (seperti Lagenidium) dalam tubuh benur. 

    Uji bakteri dilakukan pada badan benur dan air kantongnya. Media agar untuk menumbuhkan bakteri dari sampel benur baik tubuh dan air kanong yaitu berupa agar tio-sitrat-bile salts-sukrose (TCBS). Hasil analis lab akan menunjukkan jumlah baketeri total vibrio benur dan air kantong, jik hasil dari analis lab menunjukkan angka total vibrio yang tinggi maka kualitas benur kurang baik.

    Pengamatan lain untuk melihat kualitas benur di lab yaitu berdarkan GMR dan otot benur. GMR adalah perbandingan tebal usus benur terhadap daging pada keenam segmen tubuh benur yang normalnya pada angka yaitu 1:4.. Parameter GMR yang menunjukkan makin kecil angka perbandingannya, maka benur dalam kondis baik dan gemuk.  Otot benur dapat diamati dengan melihat warna otot nya. Benur yang memiliki otot jernih dan transpran (halus) menunjukkan dalam kondisi sehat. Sebaliknya otot benur yang terlihat putih kusam dan kasar menunjukkan benur dalam kondisi kurang baik.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.