TEBAR BENUR: Aklimatisasi dan Monitoring Benih Udang Vaname

 

Aklimatisasi udang vaname

    Tahap awal dalam proses produksi udang vaname merupakan langkah yang sangat penting untuk dilakukan dengan benar. Setelah petak budidaya dipersiapkan dengan baik, langkah tebar benur merupakan hal yang akan dilakukan selanjunya. Jumlah benur yang akan ditebar ke petakan menyesuaikan dengan daya dukung lingkungan atau Carrying capacity. Daya dukung lingkungan berupa kondisi lingkungan, sarana, sumberdaya, dan lingkungan yang ada hanya mampu memberikan dukungan hingga jumlah populasi tertentu. Tambak udang intensif baiknya menggunakan jumlah kepadatan 150-170 ekor/m2. Hal ini untuk memaksimalkan keuntungan dan memertahankan keberlanjutan budidaya hingga siklus budidaya yang akan datang. Tebar benur meliputi tiga tahap yaitu validasi kondisi benur, aklimatisasi, dan monitoring awal kehidupan benur.

1. Validasi Kondisi Benur 

    Ketika melakukan kegiatan validasi bertujuan untuk memastikan kondisi benur yang baru tiba di lokasi tambak budidaya udang vaname. Parameter validasi yang nantinya akan diamati dalam pengecekan ini akan menjadi dasar seorang teknisi budidaya udang vaname dalam memberikan keputusan sebelum benur ditebar di petak budidaya pembesaran udang vaname. Kegiatan validasi dapat dibedakan menjadi dua jenis kegiatan yaitu pengecekan kondisi air kantong benur dan pengecekan benur itu sendiri.

    Pengecekan air kantong benur sebelum benur ditebar dipetak budidaya akan memberikan gambaran bagaimana kondisi kualitas air didalam kantong benur terhadap kaulitas air di petak pembesaran. Hal ini tentunya untuk meminimalisir adanya setres pada benur akibat perbedaan lingkungan dalam proses tebar benur.  Perlu diketahui bahwa setiap organisme budidaya memiliki lebar batas dan maksimal perubahan kualitas air. Jika terjadi perubahan kualitas air yang terlalu jauh antara air di kantong terhadap petakan, dapat berakibat buruk terhadap kondisi benur dan parahnya menyebabkan tingkat kematian yang sangat tinggi. Parameter kualutas air yang perlu di cek di kantong benur yaitu berupa suhu, salinitas, DO, pH, NH4, dan total bakteri vibrio.

    Kegiatan pengecekan benur sebelum ditebar di petak tambak dapat berdasarkan kualitas dan kuantitas benur.. Parameter validasi kualitas benur berdasarkan kriteria yang sama saat pemilihan benur (pengamatan visual, uji setres benur, dan uji analisis laboratorium). Selain itu, ketika benur akan ditebar maka dilakukan perhitungan jumlah benur. Benur yang dihitung adalah dua kantong permobil pengantar benur untuk mewakili atau sampel dari keseluruhan kantong benur yang berada dalam mobil tersebut. Setelah dihitung, maka akan didapatkan jumlah aktual benur dikantong, kemudian hitung rata-rata jumlah benur.  Jika ditemukan ketidaksesuaian kualitas dan kuantitas benur dari pengecekan saat kedatangan dibandingkan terhadap laporan kualitas dari hatchery, seorang pembudidaya harus memutuskan dilanjut tidaknya proses tebar benur dan melaporkan masalah tersebut kepada hatchery. 

2. Aklimatisasi Benur

    Aklimatisasi diartikan sebagi proses penyesuaian fisiologis atau proses adaptasi suatu organisme terhadap lingkungan yang baru. Proses aklimatisasi hewan air terutama udang vaname sangat bergantung pada parameter kaulitas air di wadah budidaya. Beberapa parameter kualitas air seperti salinitas dan suhu air adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam proses aklimatisasi. Benur yang sehat akan bertahan pada perubahan salinitas hingga 20 ppt dan perubahan suhu lebih dari 10 derajat Celcius. 

    Kenaikan suhu selama aklimatisasi tidak boleh melebihi 1 derajat celcius per10 menit. Hal ini dapat kita hindari dengan melihat hasil validasi air kantong benur pada parameter pengecekan suhu air kantong benur, sehingga kita bisa menghitung minimal berapa lama kantong benur baru bisa dibuka sebelum dicampurkan dengan air petak tambak. Misalkan suhu di kantong benur 25 derajat Celcius dan suhu di petakan yaitu 27 derajat celcius maka kantong benur yang sudah mengambang di permukaan air petakan, kantong benur baru boleh dibuka minimal 20 menit untuk dilakukan pencampuran air daripetakan ke dalam kantong benur.

Aklimatisasi udang vaname


    Adaptasi salinitas dilakukan dengan mencampurkan air petakan ke dalam air kantong benur, kemudian kantong benur yang sudah dicampur air petakan secara perlahan dituangkan ke air petakan. Saat menuangkan air ke dalam petakan, lakukan secara perlahan sembari membiarkan benur untuk keluar sendiri ke dalam air petak. Adaptasi lingkungan benur dari salinitas rendah ke salinitas tinggi beresiko terjadi stress osmoregulatory atau gangguan proses osmosis benur akibat perubah lingkungan.

3. Monitoring Kehidupan Benur

    Monitoring kehidupan benur di petakan tambak budidaya dilakukan dengan cara menempatkan 100 ekor benur di dalam wadah survival cage. Wadah survival cage dapat terbuat dari ember bekas kaporit yang sudah di lubangi pinggirnya dan lubang itu diberi waring untuk sirkulasi anatar air petakan dengan air di dalam survival cage. Setelah hari kedua dilakukan perhitungan jumlah benur yang bertahan hidup dan dianggap mewakili kondisi dari benur yang ada di tambak. Jika jumlah hidup benur dibawah 70 ekor atau tingkat kelangsungan hidupnya di bawah 70%, disarankan agar dilakukan penambahan benur di hari berikutnya. Jika benur hanya hidup di bawah 30 ekor atau tingkat kelangsungan hidupnya di bawah 30%, disarankan untuk menguras total air dan benur petakan tersebut. Sebelum dilakukan pengurasan total (flushing out) pertlu diperhatikan apa penyebab rendahnya kelangsungan hidup benur. Jika penyebab rendahnya kelangsungan hidup benur adalah penyakit, sebelum dikuras dilakukan desinfeksi penyakit dengan memberikan bahan kimia berupa chlorin sebelum dilakukan pengurasan. 

Survival Cage


    Monitoring kehidupan boleh dilakukan selama 30 hari setelah tebar dan penambahan benurpun boleh dilakukan hingga 30 hari setelah tebar, namun harus dapat dipastikan tidak terjadi variasi ukuran yang berlebihan ketika penen nantinya. Estimasi kelangsungan hidaup udang vanamae pada 2 minggu pertama hanya bisa dilakukan mengguanakan Survival Cage, setelahnya barus bisa dihitung berdasarkan konsumsi pakan dan jumlah udang yang masuk ke dalam anco. Perhitungan kelangsungan hidup dan konsumsi pakan di anco untuk udang lebih dari 2 minggu pasca tebar, dilakukan setelah 2 jam pemberian pakan. Selama 2 hari perhitungan estimasi melalui anco hitung dan ambil jumlah rata-rata udang di anco.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.