Strategi Budidaya : Budidaya sebagai Ekosistem Perairan
Hewan yang hidup di dunia air merasakan hal yang sangat
berbeda dengan apa yang kita rasakan di dunia darat. Air sebagai lingkungan
utama dan satu-satunya bagi hewan akuatik merupakan hal wajib yang harus selalu
diperhatikan setiap hari. Oleh karena itu, budidaya perairan juga berarti
memelihara air dalam suatu wadah agar nyaman dan mendukung produktivitas
penghuninya.
Pembudidaya biasanya menargetkan
produksinya berdasarkan lamanya sebuah siklus budidaya. Budidaya yang
menginginkan proses panen cepat dengan rasio jumlah pakan harian tinggi disebut
sebagai siklus pendek. Sebaliknya, budidaya dengan proses panen sedikit lebih
lama dengan rasio pakan yang lebih rendah disebut sebagai siklus panjang. Target
budidaya tersebut berdasarkan kondisi cucaca yang sedang terjadi maupun berdasarkan
jumlah keuntungan yang ingin didapatkan. Masing-masing memiliki kelebihan
kekurangannya tersendiri. Siklus pendek sangat beresiko outbreak penyakit yang
lebih cepat, karena kualitas air yang lebih cepat juga jeleknya. Namun keuntungan
siklus pendek tentunya dengan waktu panen yang lebih cepat serta memperbanyak
siklus dan profit dalam setiap tahunnya. Siklus panjang memakan waktu yang
lebih lama, sehingga pengeluran biaya operasional meningkat sejalan dengan
lamanya waktu panen. Hal baiknya siklus panjang membuat kondisi lingkungan
perairan budidaya lebih lama berada dalam kondisi ideal dan turut meningkatkan
biomasa panen yang didapatkan. Keberhasilan target produksi budidaya dapat
dicapai dengan mengatahui fakto penentu keseimbangan ekosistem perairan
budidaya.
Kegiatan budidaya harus memerhatikan tiga
faktor penentu keseimbangan ekosistem budidaya yaitu inang, patogen, dan
lingkungan. Ketiga faktor ini tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya.
Selain itu sangat penting untuk selalu diperhatikan baik ketika sebelum memulai
kegiatan budidaya, saat proses budidaya, hingga paska melakukan budidaya. Keseimbangan
antar faktor ini juga dapat dikatakan menjadi penentu keberhasilan kegiatan budidaya.
1. 1. Inang (Ikan)
Ikan berdasarkan definisi KKP adalah organisme
yang sebagian ataupun seluruh waktunya dihabiskan di dalam air. Jenis ikan yang
biasa dibudidayakan sebagian besar sudah melalui proses domestikasi. Hal yang
perlu diperhatikan dalam memilih benih untuk budidaya yaitu berdasarkan kondisi
morfologi, kualitas genetik dan ketersedian stoknya. Genetika ikan sangat
penting untuk diperhatikan karena menjadi penentu ikan dapat mengalami pertumbuhan,
penyakit, dan ketahanan dalam suatu lingkungan perairan.
Pertumbuhan ikan yang baik menjadi patokan
keberhasilan budidaya karena secara langsung menentukan jumlah biomasa ikan yang
akan kita panen. Lambatnya pertumbuhan ikan akan berpengaruh terhadap
pertambahan biaya yang dikeluarkan maupun waktu yang dihabiskan. Namun tidak
jarang untuk menggenjot pertumbuhan, para pembudidaya melakukan pemberian pakan
dengan jumlah yang lebih tinggi. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pakan yang
diberikan harus memerhatikan daya dukung lingkungan dan kualitas lingkungan budidaya.
Pemberian pakan yang tinggi beresiko mengurangi kualitas air budidaya, sehingga
menimbulkan berbagai penyakit bahkan terjadinya kematian masal. Selain itu
pemberian pakan yang tinggi juga harus memerhatikan konversi jumlah pakan
menjadi biomassa ikan (Feed Convertion Rasio), agar tidak terjadinya
kerugian akibat pemberian pakan yang boros.
Pembudidaya tak jarang mensyaratkan
benih yang dipilihnya telah memiliki catatan tahan penyakit tertentu. Kita bisa
meminta benih yang sudah memiliki Spesifik
patogen free (SPF), Spesifik patogen resisten (SPR), dan hal lain yang dapat meyakinkan kita untuk menghindari
terjadinya outbreak penyakit dimasa mendatang.
Instentifikasi dalam kegiatan
budidaya menyebabkan kualitas air kurang baik untuk ikan. Kematian masal dalam
budidaya seringkali disebabkan oleh perubahan parmeter kualitas air yang
melebihi ambang batas terjadi kematian. Oleh karena itu pembudidaya juga perlu
memerhatikan kualitas ikan terhadap respon kualitas air yang terjadi.
2. 2. Patogen
(Penyakit)
Patogen dalam budidaya merupakan salah
satu penyebab munculnya berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian dalam
jumlah besar. Organisme yang termasuk patogen diantara dapat berupa virus,
bakteri, jamur, plankton dan parasit. Patogen tersebut bukan hanya dapat bekerja
sendirian, tetapi dapat bersama dengan jenis patogen lain membuat inang
terinfeksi penyakit.
Saat ini dengan meningkatnya
teknologi intenstifikasi sistem budidaya membuat jenis patogen yang ada di
budidaya lebih bervariasi. Terutama patogen jenis virus RNA yang mudah
melakukan mutasi. Keberadaan patogen di lingkungan dapat diminimalisir dengan
terus menjaga kondisi lingkungan perairan budidaya dalam kondisi ideal.
Perencanaan budidaya perlu
memerhitungkan adanya potensi penyakit dalam kegiatan budidaya. Selain memilih
benih unggul tahan penyakit untuk digunakan dalam pembesaran, penting untuk
menerapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam kegiatan budidaya. Pemberian
pakan secara cukup dan menghindari overfeeding juga harus terus dijaga agar
kondisi lingkungan ideal.
Keputusan pembudidaya ketika terjadi
serangan patogen di wadah budidaya penting untuk diperhitungkan. Pilihan untuk
memertahankan budidaya dan pemberian treatmen tertentu menjadi pilihan utama
agar mencapai produksi yang optimal. Namun tak jarang keputusan melakukan panen
dini harus dilakukan ketika kondisi budidaya sudah tidak mampu lagi dipertahankan
dan juga memerhitungkan adanya potensi kerugian terkecil dari pada terus
dipertahankan.
3.
3. Lingkungan
Lingkungan budidaya merupakan sebuah tempat yang bukan hanya berisikan ikan, tetapi merupakan sebuah ekosistem suatu perairan yang kompleks. Keseimbangan ekosistem tersebut akan terganggu jika terjadi perubahan baik pada komponen fisika, kimia, maupun biologi yang terdapat pada wadah budidaya. Komponen fisika yang biasa diamati oleh pembudidaya berupa suhu, oksigen terlarut (DO), salinitas, warna air, dan kecerahan. Komponen kimia yang biasa diamati berupa derajat keasaman (pH), Amonia (NH4), Nitrit (NO2-), Nitrat (NO3-) Fosfat, (PO4), Alkalinitas, dan Hardness. Komponen biologi berupa jumlah koloni bakteri, jumlah dan presentase plankton, dan total bahan organik (TOM).
Komponen fisika, kimia, biologi sebisa mungkin dapat dikendalaikan agar perairan budidaya terus berada dalam kondisi ideal untuk budidaya. Proses pengendalaian tersebut dilakukan semenjak persiapan wadah budidaya hingga pasca-panen. oleh karena itu pembudidaya setidaknya paham akan semua komponen lingkungan sebagai landasan dalam melakukan kegiatan budidaya.
Lingkungan budidaya merupakan aspek yang sangat peting dalam kegiatan budidaya. Ikan yang hidup dalam kondisi lingkungan yang ideal dengan rendahnya stres lingkungan dan ketercukupan sediaan pakan mendorong pertumbuhan ikan serta mencegah terjadinya penyakit. Parameter lingkungan menjadi sangat krusial sebagi pencegahan terjadinya kegagalan dalam budidaya. Kondisi lingkungan yang buruk memberikan dampak negatif seperti terjadi toksisitas lingkungan dan meningkatnya infeksi penyakit oleh patogen.
Kondisi lingkungan pada budidaya di luar ruangan sangat sulit untuk dikendalikan. Hal ini mengharuskan pembudidaya untuk menyiapkan berbagai strategi dalam budidaya. Hubungan lingkungan dan produktivitas budidaya juga penting untuk diperhatikan. Kualitas lingkungan perairan budidaya cenderung menurun akibat adanya kegiatan budidaya. Jika kondisi lingkungan sudah tercemar, seiring berjalan waktu membuat lingkungan budidaya menjadi tidak ideal lagi.
Leave a Comment