Strategi Budidaya : Budidaya sebagai Ekosistem Perairan

 

          

Tiga faktor keseimbangan budidaya



            Hewan yang hidup di dunia air merasakan hal yang sangat berbeda dengan apa yang kita rasakan di dunia darat. Air sebagai lingkungan utama dan satu-satunya bagi hewan akuatik merupakan hal wajib yang harus selalu diperhatikan setiap hari. Oleh karena itu, budidaya perairan juga berarti memelihara air dalam suatu wadah agar nyaman dan mendukung produktivitas penghuninya.

Pembudidaya biasanya menargetkan produksinya berdasarkan lamanya sebuah siklus budidaya. Budidaya yang menginginkan proses panen cepat dengan rasio jumlah pakan harian tinggi disebut sebagai siklus pendek. Sebaliknya, budidaya dengan proses panen sedikit lebih lama dengan rasio pakan yang lebih rendah disebut sebagai siklus panjang. Target budidaya tersebut berdasarkan kondisi cucaca yang sedang terjadi maupun berdasarkan jumlah keuntungan yang ingin didapatkan. Masing-masing memiliki kelebihan kekurangannya tersendiri. Siklus pendek sangat beresiko outbreak penyakit yang lebih cepat, karena kualitas air yang lebih cepat juga jeleknya. Namun keuntungan siklus pendek tentunya dengan waktu panen yang lebih cepat serta memperbanyak siklus dan profit dalam setiap tahunnya. Siklus panjang memakan waktu yang lebih lama, sehingga pengeluran biaya operasional meningkat sejalan dengan lamanya waktu panen. Hal baiknya siklus panjang membuat kondisi lingkungan perairan budidaya lebih lama berada dalam kondisi ideal dan turut meningkatkan biomasa panen yang didapatkan. Keberhasilan target produksi budidaya dapat dicapai dengan mengatahui fakto penentu keseimbangan ekosistem perairan budidaya.

Kegiatan budidaya harus memerhatikan tiga faktor penentu keseimbangan ekosistem budidaya yaitu inang, patogen, dan lingkungan. Ketiga faktor ini tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Selain itu sangat penting untuk selalu diperhatikan baik ketika sebelum memulai kegiatan budidaya, saat proses budidaya, hingga paska melakukan budidaya. Keseimbangan antar faktor ini juga dapat dikatakan menjadi penentu keberhasilan kegiatan budidaya.

1.      1. Inang (Ikan)

Ikan berdasarkan definisi KKP adalah organisme yang sebagian ataupun seluruh waktunya dihabiskan di dalam air. Jenis ikan yang biasa dibudidayakan sebagian besar sudah melalui proses domestikasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih benih untuk budidaya yaitu berdasarkan kondisi morfologi, kualitas genetik dan ketersedian stoknya. Genetika ikan sangat penting untuk diperhatikan karena menjadi penentu ikan dapat mengalami pertumbuhan, penyakit, dan ketahanan dalam suatu lingkungan perairan.

Pertumbuhan ikan yang baik menjadi patokan keberhasilan budidaya karena secara langsung menentukan jumlah biomasa ikan yang akan kita panen. Lambatnya pertumbuhan ikan akan berpengaruh terhadap pertambahan biaya yang dikeluarkan maupun waktu yang dihabiskan. Namun tidak jarang untuk menggenjot pertumbuhan, para pembudidaya melakukan pemberian pakan dengan jumlah yang lebih tinggi. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pakan yang diberikan harus memerhatikan daya dukung lingkungan dan kualitas lingkungan budidaya. Pemberian pakan yang tinggi beresiko mengurangi kualitas air budidaya, sehingga menimbulkan berbagai penyakit bahkan terjadinya kematian masal. Selain itu pemberian pakan yang tinggi juga harus memerhatikan konversi jumlah pakan menjadi biomassa ikan (Feed Convertion Rasio), agar tidak terjadinya kerugian akibat pemberian pakan yang boros.

Pembudidaya tak jarang mensyaratkan benih yang dipilihnya telah memiliki catatan tahan penyakit tertentu. Kita bisa meminta benih yang sudah memiliki  Spesifik patogen free (SPF), Spesifik patogen resisten (SPR), dan hal lain yang  dapat meyakinkan kita untuk menghindari terjadinya outbreak penyakit dimasa mendatang.

Instentifikasi dalam kegiatan budidaya menyebabkan kualitas air kurang baik untuk ikan. Kematian masal dalam budidaya seringkali disebabkan oleh perubahan parmeter kualitas air yang melebihi ambang batas terjadi kematian. Oleh karena itu pembudidaya juga perlu memerhatikan kualitas ikan terhadap respon kualitas air yang terjadi.

2.      2. Patogen (Penyakit)

Patogen dalam budidaya merupakan salah satu penyebab munculnya berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian dalam jumlah besar. Organisme yang termasuk patogen diantara dapat berupa virus, bakteri, jamur, plankton dan parasit. Patogen tersebut bukan hanya dapat bekerja sendirian, tetapi dapat bersama dengan jenis patogen lain membuat inang terinfeksi penyakit.

Saat ini dengan meningkatnya teknologi intenstifikasi sistem budidaya membuat jenis patogen yang ada di budidaya lebih bervariasi. Terutama patogen jenis virus RNA yang mudah melakukan mutasi. Keberadaan patogen di lingkungan dapat diminimalisir dengan terus menjaga kondisi lingkungan perairan budidaya dalam kondisi ideal.

Perencanaan budidaya perlu memerhitungkan adanya potensi penyakit dalam kegiatan budidaya. Selain memilih benih unggul tahan penyakit untuk digunakan dalam pembesaran, penting untuk menerapkan standar operasional prosedur (SOP) dalam kegiatan budidaya. Pemberian pakan secara cukup dan menghindari overfeeding juga harus terus dijaga agar kondisi lingkungan ideal.

Keputusan pembudidaya ketika terjadi serangan patogen di wadah budidaya penting untuk diperhitungkan. Pilihan untuk memertahankan budidaya dan pemberian treatmen tertentu menjadi pilihan utama agar mencapai produksi yang optimal. Namun tak jarang keputusan melakukan panen dini harus dilakukan ketika kondisi budidaya sudah tidak mampu lagi dipertahankan dan juga memerhitungkan adanya potensi kerugian terkecil dari pada terus dipertahankan.

3.      3. Lingkungan

Lingkungan budidaya merupakan sebuah tempat yang bukan hanya berisikan ikan, tetapi merupakan sebuah ekosistem suatu perairan yang kompleks. Keseimbangan ekosistem tersebut akan terganggu jika terjadi perubahan baik pada komponen fisika, kimia, maupun biologi yang terdapat pada wadah budidaya. Komponen fisika yang biasa diamati oleh pembudidaya berupa suhu, oksigen terlarut (DO), salinitas, warna air, dan kecerahan. Komponen kimia yang biasa diamati berupa derajat keasaman (pH), Amonia (NH4), Nitrit (NO2-), Nitrat (NO3-) Fosfat, (PO4), Alkalinitas, dan Hardness. Komponen biologi berupa jumlah koloni bakteri, jumlah dan presentase plankton, dan total bahan organik (TOM).

Komponen fisika, kimia, biologi sebisa mungkin dapat dikendalaikan agar perairan  budidaya terus berada dalam kondisi ideal untuk budidaya. Proses pengendalaian tersebut dilakukan semenjak persiapan wadah budidaya hingga pasca-panen. oleh karena itu pembudidaya setidaknya paham akan semua komponen lingkungan sebagai landasan dalam melakukan kegiatan budidaya.

Lingkungan budidaya merupakan aspek yang sangat peting dalam kegiatan budidaya. Ikan yang hidup dalam kondisi lingkungan yang ideal dengan rendahnya stres lingkungan dan ketercukupan sediaan pakan mendorong pertumbuhan ikan serta mencegah terjadinya penyakit. Parameter lingkungan menjadi sangat krusial sebagi pencegahan terjadinya kegagalan dalam budidaya. Kondisi lingkungan yang buruk memberikan dampak negatif seperti terjadi toksisitas lingkungan dan meningkatnya infeksi penyakit oleh patogen.

Kondisi lingkungan pada budidaya di luar ruangan sangat sulit untuk dikendalikan. Hal ini mengharuskan pembudidaya untuk menyiapkan berbagai strategi dalam budidaya. Hubungan lingkungan dan produktivitas budidaya juga penting untuk diperhatikan. Kualitas lingkungan perairan budidaya cenderung menurun akibat adanya kegiatan budidaya. Jika kondisi lingkungan sudah tercemar, seiring berjalan waktu membuat lingkungan budidaya menjadi tidak ideal lagi.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.