PERSIAPAN TAMBAK : Menumbuhkan Plankton untuk Budidaya Udang


Fitoplankton jenis Oocystis sp

    Lingkungan budidaya bukan hanya berisi air dan udang, lebih dari itu budidaya udang merupakan ekosistem tempat berkembangnya organisme-organisme lain salah satunya adalah plankton. Organisme plankton berperan sangat penting dalam wadah budidaya baik sistem budidaya tradisonal maupun sistem budidaya intensif. Plankton merupakan makhluk hidup penghasil oksigen terbesar di bumi, karena itu keberadaanya dalam lingkungan budiday menjadi faktor penting untuk terus dikendalikan. Plankton dengan yang termasuk kedalam fitoplankton membantu menyerap senyawa-senyawa toksik baik dalam bentuk amonium, nitrat, dan fosfat. Selain itu, keberadaan  fitoplankton juga mampu menekan pertumbuhan bakteri Vibrio dalam wadah budidaya.

       Plankton penting untuk ditumbuhkan ketika masih dalam tahap persiapan budidaya udang vaname. Proses penumbuhan plankton yang tidak berjalan dengan baik dapat berdampak pada jalannjya budidaya hingga akhir siklus. Spesies plankton yang diharapkan tumbuh dalam wadah budidaya ketika persiapan  dari jenis fitoplankton adalah Chlorella sp, Scenedesmus sp, Tetraselmis sp, dan Oocystis sp.  Keberadaan fitoplankton menciptakan lingkungan yang teduh untuk udang vaname, karena menghambat tembusnya sinar matahari ke dasar tambak. Proses penetrai cahaya matahari yang sudah dihambat oleh fitoplankton dapat mencegah pertumbuhan bentik algae dan filamentous algae. Keberadaan fitoplankton selain menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio, Fitoplankton merupakan penyuplai 76,9% oksigen terlarut (DO) di lingkungan budidaya.

      Cara menumbuhkan Plankton tambak cukup dengan memperkaya air budidaya dengan nutrien yang dibutuhkan plankton untuk tumbuh dan berkembang, berikut  tahapan dalam menumbuhkan plankton:

1. Air tambak yang telah melalui proses sterilisasi baik dengan kaporit maupun TCCA harus memiliki kadar residu sebesar 0 atau netral sebelum melakukan penumbuhan plankton (kulur plankton).

2. Air tambak yang sudah netral kemudian diberi perlakuan kultur plankton hijau dari golongan Chlorophyceae.

3. Berikan pupuk urea sebanyak 0,25-0,50 ppm dengan cara butiran pupuk urea dilarutkan dulu di air tambak, kemudian disebar merata keseluruh permukaan air budidaya.

4. Selama proses pemupukan ini, semua kincir harus dihidupkan agar pupuk urea dapat merata disemua bagian air budidaya. 

5. Proses pemberian urea dilakukan di siang hari ketika ada sinar matahari untuk memenuhi kebutuhan fitoplankton dalam melakukan roses fotosintesisnya.

6. Selanjutnya diberikan perlakuan pupuk organik sebagai sumber karbon dalam nutrien yang dibutuhkan plankton. 

7. Proses pembuatan pupuk organik yaitu, tambahkan 100 gram ragi dan 5 liter molase (tetes tebu) kedalam 25 liter air  aduk, tambahkan 8 kg dedek, kemudian tutup rapat dan diamkan 3 hari. Selanjutnya lakukan penyaringan untuk mengambil air pupuk organik yang telah didiamkan selama 3 hari, kemudian berikan ke kolam atau petak budidaya yang berukuran luas 2000 m2. Lakukan pemupukan organik sebanyak tiga kali sebelum tebar benih dengan jeda waktu 2-3 hari antar pemupukan organik.

8. Selama proses pemupukan ini, semua kincir harus dihidupkan agar pupuk organi dapat merata disemua bagian air budidaya.

    Proses menumbuhkan plankton yang sudah disebutkan tadi, sengaja tidak menambahkan inokulasi bibit plankton secara langsung oleh pembudidaya. Plankton yang tumbuh merupakan secara alamiah berawal dari bibit yang terbawa oleh angin atau air laut yang masuk kedalam petakan tambak budidaya. Plankton yang gagal ditumbuhkan pada  lingkungan budidaya ditandai dengan warna air yang bening. 

Perbedaan air yang berhasil menumbuhkan plankton


    Akibat dari kegagalan penumbuhan plankton adalah tumbuhnya lumut sutra di lingkungan budidaya. Pertumbuhan lumut dapat meningkat pesat karena nutrien yang harusnya dimanfaatkan oleh plankton malah dimanfaatkan oleh lumut. Lumut yang memenuhi area tambak ketika sudah terdapat udang di dalamnya berdampak buruk pada proses budidaya.  Pakan yang diberikan tidak langsung didapatkan oleh udang, melainkan akan tersangkut di  lumu dan udang yang masih berukuran kecil akan tersangkut atau terjebak diantara lumut. Ketika pembudidaya tidak hati-hati dalam membersihkan dan mengeluarkan lumut dari petakan, udang akan terbawa keluar bersamaan dengan lumut. 

Lumut yang sudah dikeluarkan dari petak tambak udang


    Jumlah plankton yang sedikit mengakibatkan rendahnya aktivitas fotosintesis, sehingga kandungan oksigenpun rendah. Selain itu, lumut -lumut yang mati dapat meningkatkan kandungan bahan organik di lingkungan budidaya. Kandungan bahan organik yang meningkat juga dapat meningkatkan kebutuhan oksigen di lingkungan budidaya, sehingga dapat menyebabkan lingkungan budidaya kekurangan oksigen terlarut. Total bakteri vibrio sebagai agen penyakit di lingkungan budidaya juga cenderung meningkat bersamaan dengan peningkatan bahan organik dalam perairan. Oleh karena itu, persiapan wadah budidaya dengan menumbuhkan plankton secara benar sangat penting untuk menunjang keberhasilan budidaya udang vaname.

Penampakan lumut di dalam air lingkungan budidaya udang vaname




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.